" Jangan-jangan karena kita udah lama ga nonton, bioskop nya udah tutup lagi " , kata ku membuka obrolan.
" Hahaha, ada-ada aja .. ya ga mungkinlah. Ga ada hubungannya sama kita kaliii ... ", jawabnya sambil tertawa. Memalingkan pandangannya ke jalan yang sudah mulai ramai lalu lintas. Aku tak bisa melihatnya dari kaca spion, posisinya tidak tepat. Maka untuk menghindari kendaraan lain dari arah belakang aku hanya mengandalkan feeling. Lagi pula kebiasaanku itu, meliriknya dari kaca spion, memang tak disukainya, " buat grogi aja " , katanya.
Tak ada yang berubah, malah sesuatu yang indah bertambah pada dirinya. Aroma tubuhnya yang membuatku begitu tenang ketika mencium tangannya, dan kemudian disambut sandarannya dibahuku, hal kecil semacam itu sudah membuat hari itu begitu menyenangkan.
Agenda mengisi waktu telah ditetapkan, tapi film hari itu terasa benar-benar membosankan, dan aku tak menyalahkan karena itu adalah pilihannya. Tak perlu kusebut juga apa judul filmnya, biar kalian yang mungkin berencana melihatnya tak akan berubah fikiran. Dan aku mengatakan film itu membosankan dalam status orang awam. Aku bukan kritikus film, aku hanya menikmati tiap detik-detik adegan yang ada dalam sebuah film.Tapi bagaimana mungkin dugaanku salah ? Sekitar 6 orang penonton hari itu meninggalkan kursi mereka saat film baru tayang setengah durasi, dan berkata pelan, " ga enak film nya, buang-buang waktu aja ".
Adegan dilayar besar itu tak membangkitkan mood ku untuk memahami maksud film ini, dan jelas saja, aku lebih memilih mengamati seseorang disebelahku, jauh lebih membuat tenang meskipun hanya samar-samar terlihat karena pantulan cahaya layar. Aku tak melihat jam ketika film itu berakhir, tapi satu cup minuman bersoda ukuran large dan sekantong popcorn caramel hampir tak bersisa lagi. Menandakan berapa lama film itu berlalu tanpa kesan.
Tinggal 2 jam waktu tersisa ...
Selalu dan memang hanya begini pertemuan kami. Tapi ini adalah hal yang dan akan tetap berkesan. Matanya akan selalu indah untuk dilihat, suaranya akan selalu menenangkan untuk didengar, aroma tubuhnya akan selalu membuatku nyaman dan busur serta rumus matematika apapun tak akan mampu mengukur seberapa indah lengkungan yang diciptakan senyumnya.
Hal terakhir yang bisa kami lakukan hari itu, makan siang sederhana dan menikmatinya secara sempurna. Aku tak dapat memastikan kapan pertemuan berikutnya, dan aku tak mau menghitung dan memperkirakannya. Karena rasa penasaran akan penantian itu akan membuatku semakin kuat dan melatih hati untuk selalu menunggu dan merindukannya, selalu.
" Jadi kapan nih, dikasih film yang kemarin kamu ceritain ? " tanyaku diujung waktu.
" Nanti lah, kalau kita ketemu lagi "
Kami berbalas senyum, kemudian berpisah. Kuperhatikan dia berjalan sejauh 5 langkah, dan momen berikutnya aku harus berkonsentrasi pada jalanan, jalan yang akan kulihat lagi 3 minggu lagi. Atau bahkan lebih dari itu.
Tak apa, sang pangeran pun akan tetap bahagia menanti permaisurinya.