Kamis, 07 Februari 2013

Jangan Salahkan Dirimu

Dear Mama ..

Hal yang paling ku syukuri setiap pagi, ketika aku terbangun karena suara ketukan pintu dikamarku, dan kau menyuruh ku segera mengambil air wudhu. Beberapa hari ini, aku susah buat bangun sendiri.

Adalah anugerah terindah yang Tuhan berikan dalam setiap kesempatan kita dipertemukan, diantara sela kehidupan. Walaupun tak berbincang langsung, mendengar suara mu saja cukup membuatku senang. Aku ingin segera pulang. 

Sengaja ku buka folder foto di laptopku tadi malam, untuk melihat foto yang ku ambil ketika kau memasak di dapur sambil tersenyum dan berusaha mengindar dari kamera saat terakhir kali aku pulang.

Ku lihat wajahmu semakin mengkerut. Apa yang kau pikirkan? Masalah apa yang sampai menyusutkan berat badan mu lagi? Setahu aku, lazimnya wanita itu merawat diri. Bukan membiarkan dirinya digerogoti penyesalan yang harusnya tak lagi kau pikirkan. Semua telah berlalu, Ma. Banyak hal ke depan yang bisa kita rencanakan bersama-sama. 

Kalau karena masalah pekerjaan, aku bahagia, mendengar cerita dari ibu mu, tentang keputusanmu untuk meninggalkan pekerjaanmu dengan alasan ingin merawat ku sepenuh hati sewaktu kecil. Dan aku kecewa dengan seseorang yang dengan tega nya mengkhianati kita, yang selama ini kau percaya sebagai tempat untuk menggantungkan cinta dan derita. Dia yang harusnya disalahkan. Tak perlu bersedih, Ma. Tuhan memisahkan kita dengan dia, karena Tuhan tau, kita tak akan berbahagia. Jangan pernah merasa bersalah, hanya karena sampai saat ini kau belum menemukan jalan dan diberi kesempatan untuk kembali memulai usaha demi keluarga kecil kita.

Sudah lah, cerita menyakitkan itu tak perlu dibicarakan lagi. Buku diari mu sudah cukup menjelaskan ku bagaimana perasaan mu. Yang aku butuhkan hanyalah mama yang selalu ada untuk mendoakan ku. Tak perlu kau bersusah payah memikirkan masa depan keluarga. Aku tak butuh harta jika hanya akan membuat ku menderita dan kehilangan mama. Aku sudah dewasa, mama dan si calon dokter masa depan akan menjadi tanggung jawab ku kelak. Aku berjanji untuk mama dan diriku sendiri.

Sepertinya cukup, semua tulisan ini mengingatkan ku pada memori kesedihan. Jaga kesehatan mama, salam buat sang calon dokter.


Salam rindu, untuk keluarga tercinta.



Rabu, 06 Februari 2013

Baca Surat Ini Ketika Kamu Pulang

Kepada Sdri. Uswatun Hasanah Tanjung
Jln. Gunung Leuser Blok. A2 No. 13
Tebing Tinggi
20614

Assalamualaikum,


Apa kabar, kamu? Aku kangen, hehe ..
          
Jelas aku gak bisa memastikan kamu menerima surat ini seperti ketika aku pertama kali membawanya ke Kantor Pos, dan mungkin bukan kamu yang akan pertama kali membacanya. Bisa saja ibu mu, atau ayah mu. Aku sempat bingung, bisa saja surat ini gak sampai ke kamu. Karena surat ini terlalu janggal untuk dikirim via pos. Tapi gak ada yang gak mungkin.

Tak berarti juga sebelumnya surat ini dalam keadaan rapi, saat mengantarnya saja aku sudah melipatnya untuk ku slipkan ke dalam kantong, aku salah beli amplop. Ibuku selalu memasukkan uang pecahan dua puluh ribu untuk amplop semacam ini. Lain kali, aku akan mencari yang bergambar Hello Kitty dan ku semprotkan sedikit parfum. Tanpa kecup bibir berlipstik pastinya.

Seperti teman ku bilang, kamu gak di izinin bawa handphone ya? Aturan macam apa sih itu? Yang buat aturan gak pernah muda ya? Masa' iya dia gak pernah ngerasain yang namanya kangen? Aku jadi harus nulis surat begini ke kamu. Dan karena aku belum tau pasti alamat kamu disana, makanya surat ini aku kirim ke rumah kamu saja. Gara-gara itu, pegawai pos jadi marah-marah dan tak mau mengantar suratku setelah tau alamat rumah kamu. Huh, aku kesal.

Oh ya, ini hari ke 24 pergi dan beberapa minggu ini waktu terasa lama deh. Apalagi semenjak hari terakhir pengambilan ijazah waktu itu, gak ada alasan lagi buat ketemu kamu. Aku gak ada kegiatan mengisi kekosongan waktu sampai perkuliahan ku dimulai, biasanya kan ada kamu yang menuhin inbox handphone aku. Walaupun kebanyakan isinya sms nanya  pr yang sebenarnya aku udah tau, tapi awalan yang seperti itu yang membuat kita dekat setiap harinya. Dan sekarang, kita bukan pelajar lagi. Yang dipertemukan dalam satu lokal namun tak bernah berteguran. Padahal tiap malam, kita saling berbalas pesan seperti sedang berpacaran. Ini lucu, loh!

Kalau sudah begini, rasanya aku gak akan canggung lagi kalau ketemu kamu. Bahkan memelukmu di depan ayah dan ibu mu.Percuma rasanya mengorbankan perasaan dari sekian banyak kesempatan. Kalau kita bisa kenapa kita tidak mencobanya? Setidaknya aku memiliki satu kesempatan dari sekian waktu yang aku habiskan untuk bernafas.

Kabari aku setelah kamu baca surat ini. Hampir lupa, kemarin, sewaktu mengirim surat ini di Kantor Pos aku lihat ayah kamu di ruang kerja pribadinya. Dan kalau pegawai Pos itu sadar, dia akan memberikan surat ini kepada beliau untuk di bawa langsung ke rumah kamu.

Wassalam.



Salam Kangen,





Dari : Rachman Wachyu Din
Jln. Gunung Leuser Blok A3 No.1 
Tebing Tinggi
20614




           


Selasa, 05 Februari 2013

A Letter to Peter Parker



Hi Peter ! 

Long time no see you swinging between skyscrapers building in New York City. Yeah, the Studio change the character ' Peter Parker' with another actor that I dont like much. I think, Tobey Meguire is the best one that being the Spiderman.
But forget about that,  there are many things I got to tell you and the main thing is, you are an awesome guy! You know why?

I like your personality for the first time I know you, and may I say that we have many same things? I know that I dont smart  like you, but I 've got rank when I am in Elementary School till Junior High School. Ehm, sorry.  I'm serious.

You know Peter, I dont live with my parents like you. If you live with your aunt and uncle, so I stayed with my grandma and through the activities as a student like you. And your struggle to get your love, Merry Jane, reminds me the girl who became my girlfriend now. You know? I've been waiting for her love for almost one and a half years, since I was in Senior High School, and just get her love in college.

You are a good friend to Harry Osborn, though he hates you for the exact reason he didn't about understand his father's death.  Although he blames you, you keep trying to explain him about the fact. You showed the meaning of friendship to me, and I also want to give the best to my friends no matter what happen like you do. 

And when you were at the top of your problem, you seemed to have two personalities inside. Just like what I felt when I was confused and desperate to make a decision, I like to have a greater power to rebel, but unfortunately I lost my identity. Oh, if you know the problem that has long existed in my family, Peter.

I think that's all I told you, Pete. I want to tell more about my life, maybe in another opportunity. Because  you know my English isn't good at all. By the way, can I have the power like yours? No, I just kidding. There's no skycrapers here, Pete.

Keep flying, Spidey!

Sincerely, 
Rahman Wahyu




Senin, 04 Februari 2013

Untuk Cinta yang Pergi Setengah Jam Lalu

Dear cinta,

Cappucino dingin yang ku pesan, mulai mengeluarkan embun pada dinding gelas, dan membuat genangan air  kecil pada meja. Uap dari gelas yang ada di depan ku terlihat menghilang perlahan, bergabung dengan udara luar yang ada disekitarnya. Lemon tea itu masih hangat, tak berkurang sedikitpun volumenya karena di tinggal pergi begitu saja, lima menit setelah ia tiba di meja ini. Harusnya, sepasang minuman ini menemani canda tawa kita.

Aku tak menyangka, tiga hari yang lalu kamu menghilang dan kembali untuk mengatakan hal ini. Aku hanya bisa diam dan memahami setiap perkataan yang terngiang di telingaku. Semua kata-kata itu sama dengan kata-kata yang beberapa bulan ini terdengar dari kamu. Selama ini kamu mengeluh, tapi aku selalu mengikuti egois ku ini tanpa memperhatikan dan merasa bahwa kamu telah bertahan sejauh ini untuk ku. Aku terlalu menggunakan logika tanpa ada perasaan untuk memahami kamu.

Cinta ..

Aku tau kamu pasti menangis diluar sana, menyesali apa yang telah kamu lakukan untuk ku dan balasan yang aku berikan pada mu. Ku pastikan kamu kecewa. Aku bisa apa? Mengejarmu? Meminta maaf dan kemudian mengulangi kesalahan yang sama? Dasar aku tak tau diri! Akan ku biarkan kamu kali ini, menenangkan diri tanpa ada kepastian aku bisa menghubungimu lagi.

Hujan baru saja berhenti.

Aku yang selama ini mengkhawatirkanmu kini tak bisa berbuat apa-apa.Melindungimu dari dingin tetesan hujan sore ini. Ingin mengikutimu, tapi aku pikir percuma. Seperti lirik lagu dari grup musik yang kini telah berganti nama itu, hujan pasti sudah Menghapus Jejakmu. Membutakan ku kemana arah mu pergi.

Lamunan ku tersadar, disentuh genangan air yang membasahi lengan ku. Es di dalam gelas Cappucino ku telah sepenuhnya mencair. Sejak kamu pergi, setengah jam yang lalu.


Seperti yang semua orang harapkan untuk sesuatu yang dicintainya, semoga ada kesempatan terakhir.




Aku, yang mengharapkan kamu kembali.








Minggu, 03 Februari 2013

Apa Kabar, Papa?

Hai papa ..

Lama tak ada sapaan " bro, sedang apa? " di chat BBM ku. Papa sehat-sehat aja kan? Bukannya aku tak mau menyapa duluan, aku cuma tak bermaksud mengganggu konsentrasi mu dalam hal apapun. Walau terkadang aku rindu. 

Oh ya pa, aku baru aja selesai ujian semester, dan sekarang lagi liburan selama 3 minggu.Ada waktu sebentar gak buat ketemu? Satu jam aja pun gak apa, biar ku tentukan hari dan jam nya. Masalah tempat, kita ke tempat biasa. Warung sop di simpang empat kota kita. Biar kali ini aku yang bayarin papa,dari sisihan uang jajan ku.

Kemarin siang aku lihat mobil sedan mu yang kilap melaju kencang  melintasi jantung kota. Kenapa terburu-buru? Aku tak mau papa kenapa-kenapa hanya karena urusan dunia. Aku sekilas memperhatikan arah tujuan mu di bawah terik matahari lampu merah jam 2 siang. Tapi aku tak berani melambaikan tangan agar kau melihatku, aku takut , ada orang lain di dalam sana dan kau akan mengatakan siapa aku. Aku yang sekarang menjadi masa lalu mu.

Sebenarnya aku juga ingin mengunjungi bekas gubuk kita bersama dulu, tapi papa pasti mengerti keadaannya yang udah gak sama dengan 5 tahun lalu. Aku menghargai sikapmu yang tak pernah menyinggung soal mereka, yang hanya akan memancing emosi ku untuk berkata kasar akan apa yang engkau lakukan terhadap wanita yang sangat ku sayangi, mama. 

Tapi sudahlah, tak ada yang perlu disalahkan atas semua kejadian ini. Semoga kita berbahagia dengan masing-masing cara yang telah Tuhan berikan. Aku tak menuntut banyak hal, semua adalah hak mu atas kebahagiaan yang kau pilih sekarang. Karena dalam waktu yang singkat kemarin, kita pernah mengukir tawa kebahagiaan dalam satu gubuk sederhana.

Semoga papa sehat selalu, dan tak melupakan Tuhan karena kesibukanmu. Semua demi kebaikan papa. Aku, hanya bisa mendoakan mu saat terlarut dalam kalimat Ilahi, di atas sajadah ku.



                                                                                                                                   Aku.