Aku bukan tipe orang yang suka bercerita dengan orang lain, lebih tepatnya aku memilih untuk memendam sendiri segala hal yang aku rasakan. Baik itu senang maupun sedih. Maka jika aku terlihat senang, maka itu hanya sebatas orang melihat tanpa tau isi hatiku. Tapi lama kelamaan aku tak tahan, air mata yang tumpah tiap kali aku merasakan kesedihan mendalam tak cukup untuk melepaskan emosi ku. Topeng yang menutupi segala kesedihan ku tak bisa selamanya kugunakan, aku hanya seorang gadis biasa.
Akhirnya aku ikuti saran dari teman terdekat, mencoba berbagi perasaan melalui tulisan, jika aku memang tak bisa untuk bercerita dengan orang lain termasuk teman terdekat sekalipun.
Akhirnya aku ikuti saran dari teman terdekat, mencoba berbagi perasaan melalui tulisan, jika aku memang tak bisa untuk bercerita dengan orang lain termasuk teman terdekat sekalipun.
Ini pertama kali nya aku mengisi lembar buku diary ini. Sebenarnya sudah lama buku ini ada, tapi aku masih meragu untuk berbagi. Semoga ini cara yang tepat buat seorang yang tertutup seperti aku.
22 Agustus 2012
Hari ini harusnya aku bahagia, apa yang aku ingin kan selama ini telah aku dapatkan. Menjadi juara pertama kompetisi dance yang sejak lama telah ku persiapkan berbuah hasil yang sangat baik. Tapi semua itu sirna, rumah yang belakangan ini menjadi seperti neraka menolak datang nya kabar bahagia yang aku bawa pulang. Seperti biasa, papa yang tak pernah menyetujui bakat yang aku cintai ini.
Pukul 18.15 aku baru tiba dirumah. Pengumuman pemenang memang memakan waktu yang lama sehingga aku pulang telat begini. Ku buka pintu pagar pekarangan rumah, melewati taman yang dulunya ku buat bersama papa 7 tahun lalu. Kala itu, kami sering bercerita di sore hari sambil menikmati kehangatan teh, yang sekarang kegiatan itu malah tak pernah kami lakukan. Papa sudah menunggu di teras rumah, berdiri tepat di depan pintu, aku gugup.
" Dari mana saja kamu ?!!! Dance gak jelas itu lagi ??? Iya ?? " bentak papa.
Matanya melotot menatap ku, mungkin saat itu darahnya sangat mendidih. Aku menunduk, tak berani menjawab sepatah kata pun. Tak kusangka suasana menjelang malam akan seburuk ini.
" Kenapa kamu diam !!! Jawab papa !!?? ". Suara nya semakin keras karena aku tak menjawab.
Aku masih terdiam, serba salah. Tak ada gunanya aku menjawab, saat ini semua memang kesalahan ku. Aku memang melakukan hal yang tak disukainya, tapi tak seharusnya papa semarah ini padaku.
Karena aku tak memberikan respon, dirampasnya piala dan piagam yang masih ku pegang. Piagam sederhana itu disobeknya, piala pertama hasil kompetisi dance dibantingkannya ke lantai. Patah, hancur berkeping-keping. Seiring dengan itu, air mata ini langsung deras mengalir, ini keterlaluan buat ku. Papa menghancurkan kebahagiaan terindah selama ini yang aku impikan. Ku tatap papa yang merasa puas dengan apa yang telah dilakukannya dalam hitungan menit barusan. Bibir ku bergetar, hatiku remuk tak terima dengan perlakuan sekasar ini, tapi tak ada sepatah kata pun yang mampu aku lontarkan untuk memecah keadaan ini.
Ku terobos pintu rumah dengan spontan, dan langsung berlari ke kamar ku di lantai atas.
" Heh! Mau kemana kamu ?? Seenaknya saja pergi, papa belum selesai bicara !!! " , papa kaget karena tak menduga aku akan melewatinya, hanya saja dia tak sempat menghalangi.
Didalam kamar aku terisak, nafas ku tersendat-sendat, aku tak bisa mengendalikan diri. Sakit di hati ini terlalu menyiksa, tak akan pernah terobati sampai kapan pun. Maka hancurlah segala kebahagiaan yang menjadi puncak pencapaian ku pada hari ini. Kepala ku serasa mau pecah, dan aku tak bisa tidur hingga pukul 2 pagi. Tuhan, cukuplah hal seperti ini hanya akan terjadi sekali.
" Dari mana saja kamu ?!!! Dance gak jelas itu lagi ??? Iya ?? " bentak papa.
Matanya melotot menatap ku, mungkin saat itu darahnya sangat mendidih. Aku menunduk, tak berani menjawab sepatah kata pun. Tak kusangka suasana menjelang malam akan seburuk ini.
" Kenapa kamu diam !!! Jawab papa !!?? ". Suara nya semakin keras karena aku tak menjawab.
Aku masih terdiam, serba salah. Tak ada gunanya aku menjawab, saat ini semua memang kesalahan ku. Aku memang melakukan hal yang tak disukainya, tapi tak seharusnya papa semarah ini padaku.
Karena aku tak memberikan respon, dirampasnya piala dan piagam yang masih ku pegang. Piagam sederhana itu disobeknya, piala pertama hasil kompetisi dance dibantingkannya ke lantai. Patah, hancur berkeping-keping. Seiring dengan itu, air mata ini langsung deras mengalir, ini keterlaluan buat ku. Papa menghancurkan kebahagiaan terindah selama ini yang aku impikan. Ku tatap papa yang merasa puas dengan apa yang telah dilakukannya dalam hitungan menit barusan. Bibir ku bergetar, hatiku remuk tak terima dengan perlakuan sekasar ini, tapi tak ada sepatah kata pun yang mampu aku lontarkan untuk memecah keadaan ini.
Ku terobos pintu rumah dengan spontan, dan langsung berlari ke kamar ku di lantai atas.
" Heh! Mau kemana kamu ?? Seenaknya saja pergi, papa belum selesai bicara !!! " , papa kaget karena tak menduga aku akan melewatinya, hanya saja dia tak sempat menghalangi.
Didalam kamar aku terisak, nafas ku tersendat-sendat, aku tak bisa mengendalikan diri. Sakit di hati ini terlalu menyiksa, tak akan pernah terobati sampai kapan pun. Maka hancurlah segala kebahagiaan yang menjadi puncak pencapaian ku pada hari ini. Kepala ku serasa mau pecah, dan aku tak bisa tidur hingga pukul 2 pagi. Tuhan, cukuplah hal seperti ini hanya akan terjadi sekali.
23 Agustus 2012
Kepala ku masih pusing.Tidur selama 3 jam sangat lah menyiksa ku. Peristiwa tadi malam masih terbayang dengan jelas hingga pagi ini, membuat air mata ini kembali menetes tanpa kusadari. Pagi ini ada perkuliahan jam 9, maka dengan segera ku persiapkan segala sesuatunya dalam setengah jam dan langsung turun ke bawah. Dalam waktu yang bersamaan aku dan papa berpapasan ketika berada diruang makan.
" PLAK !! "
Tamparan keras mendarat di pipi ku. Aku terkejut, kenapa masih sepagi ini aku sudah diperlakukan semena-mena oleh papa ku sendiri. Apa amarah nya semalam belum juga selesai pikirku. Rasa sakit bercampur heran dengan cepat memenuhi pikiran ku.
" Itu akibat tak menghargai orang tua yang sedang berbicara !!! " suara bentakan itu menggema memenuhi isi rumah. Kicauan burung yang tadinya begitu riang seolah langsung lenyap ditelan emosi sesosok lelaki yang harusnya menyayangi aku namun berubah menjadi kasar dan penyiksa.
" Tak ada alasan kamu terlambat hari ini, mengerti kamu!? " " Jika kamu masih mau tinggal dirumah ini, ikuti kemauan papa, kamu bisa hidup senang tanpa dance yang tak berguna itu !! Jika kamu langgar, kamu tau sendiri akibatnya !!! "
Aku semakin terisak, aku hanya sendiri. Tubuhku lemas, seakan tak sanggup lagi untuk berdiri. Dan lagi, aku hanya bisa terdiam.
" PLAK !!! "
Aku ditampar lagi.
" Kamu kenapa ? Bisanya cuma diam aja ??!!! "
" Kamu punya mulut kan buat bicara, jawab !!! "
Suasana hening. Papa yang menunggu kata kata dari mulut ku habis kesabarannya. Dia pergi meninggalkan ruang makan. Entah kemana, aku pun tak tau.
Aku pergi ke kampus, terlambat setengah jam di mata kuliah pagi itu. Didalam kelas pun aku tak konsentrasi, pikiran ku bercabang, fisik ku lelah. Yang aku butuh hanya istirahat, mungkin istirahat untuk selamanya jika itu bisa menghapus semua luka ini. Tapi tidak! Seorang Bintang tak akan berfikiran seperti itu, aku adalah cahaya dalam kehidupan ku sendiri yang telah lama bersinar dalam ketegaran.
Hari ini aku telat pulang lagi, karena singgah sebentar ke tempat latihan dance, tapi setidaknya lebih cepat dari jam kepulangan papa kerja di kantor. Kemudian dugaan ku salah, mobil papa sudah ada di halaman ketika aku tiba di depan rumah. Tak ada alasan menghindar, aku masuk kedalam rumah. Papa sudah menunggu, seperti biasa, dengan raut wajah yang tak menyenangkan.
" Kamu memang berani ya, sudah diperingatkan tapi masih juga kamu lakukan !!! "
" Mau kamu itu apa sih ?? "
" Aku mau papa enggak bertindak kasar seperti ini ! Mana papa yang dulu ??? Aku cuma papa merestui bakat ku untuk kujalani, cuma itu , Pa ... ". Spontan aku menjawab. Aku ingin masalah ini segera selesai dan papa bisa memahami keinginanku.
" PLAK !!! "
Tamparan keras kembali aku dapatkan. Inikah penyelesaian dari persoalan yang sedang kami hadapi ? Kenapa papa semudah itu melakukan tindakan fisik tanpa memperhatikan perasaan ku. Sosok orang tua macam apa papa ini, dasar egois !! hanya mau dituruti kemauannya saja, tanpa punya pengertian kepada anak nya, anak satu satunya dan lebih lebih lagi aku seorang wanita.
" Papa bunuh aja aku sekalian! Aku hidup bukan untuk dikasari kayak gini pa, aku juga butuh disayang, dimengerti .. Kalo papa terus terusan kayak gini mending aku enggak ada lagi kan pa! Jadi gak ada lagi orang yang papa anggap melawan papa !!! Biar papa puas !!! "
Papa terdiam, seketika raut wajahnya berubah menatapku. Sementara itu aku membalas pandangannya dengan berlinangan air mata, seolah menunjukkan betapa tak dihargainya aku. Lebih-lebih sampah. Malam ini kembali diakhiri rasa sakit luar biasa. Badan ku mulai panas, mungkin akibat tamparan keras yang terus kuterima hari ini.
24 Agustus 2012
Hari ini adalah hari ulang tahun ku, yang lebih tepatnya kurasakan sebagai hari ulang tahun terburuk dalam hidup ku. Tak ada yang spesial, dan memang sudah ku perkirakan beberapa waktu yang lalu. Aku berdiri didepan cermin, menatap bayangan yang terpantul diatasnya. Sosok gadis berpipi merah karena tamparan, bukan karena dandanan untuk sebuah acara perayaan. Aku sadar, semua memang telah berubah dan aku tak akan jauh berharap macam-macam.
HAPPY BIRTHDAY TO YOU .. HAPPY BIRTHDAY TO YOU .. HAPPY BIRTHDAY HAPPY BIRTHDAY .. air mataku mengalir, nafasku tersegal .. HAPPY BIRTHDAY BINTANG ..
Aku bernyanyi, merayakan untuk diriku sendiri. Tanpa kue, tiup lilin, dan orang terdekatku.
" Semoga kamu selalu tegar ya Bintang Claudya Ferrariz, kamu pasti bisa melewati semua ini " , hanya itu yang bisa kukatakan untuk menyemangati diri ini. Dan aku tersenyum untuk diriku sendiri.
Aku turun ke bawah, berfikir kemungkinan terburuk yang akan terjadi sambil menuruni anak tangga. Semakin dekat lantai bawah langkahku semakin berat, terlebih lagi kulihat papa duduk dikursi meja makan. Segelas teh ada didepannya. Dia melamun, bahkan seolah tak memperdulikan kehadiran ku, melihat ke arah taman belakang rumah, disana mawar mawar baru saja bermekaran. Suasana pagi hari yang indah, setidaknya sampai detik ini.
Ku tuangkan segelas air, dan menambahkan sedikit air dari termos untuk menciptakan rasa hangat serta berharap keadaanku membaik dari kemarin. Hari ini memang tak ada perkuliahan, tapi kenapa papa tak pergi ke kantor ? Atau mungkin, dua hari sebelumnya dia juga tak kerja ? Sehingga dia selalu ada dirumah sebelum aku pulang. Ini cukup membuat ku penasaran. Tak sengaja pandangan ku mengarah ke tempat sampah, beberapa bungkus obat ada disana. Masih lengkap dengan kertas resep dokter, sehingga ada kemungkinan penyebab papa tak kerja beberapa hari ini adalah karena dia sakit.
Aku tak berani bertanya, mungkin belum saatnya. Kejadian kemarin tak semudah itu dilupakan. Tapi hingga larut malam, sekitar pukul 22.00 papa tak mengucapkan sepatah kata pun padaku, hanya berada di kamarnya dan sekali kali keluar untuk mengambil minum. Lewat pukul 00.00, hari berganti, maka ucapan selamat ulang tahun tak ku dapat dari papa.
25 Agustus 2012
Teman terdekatku baru saja pulang, dan kusempatkan untuk menulis buku diary ini mungkin untuk terakhir kalinya. Ya, tak ada lagi yang perlu ku abadikan disini. Semuanya akan berbeda mulai hari ini, sangat-sangat akan berbeda. Apa yang terjadi beberapa hari ini memang menyakitkan dan telah menemui puncaknya.
Aku akan terus menjalani hari-hari ku seperti biasa, memendam perasaan baik itu senang maupun sedih. Hanya saja, tak akan pernah kulihat lagi sosok lelaki yang selama ini membuat ku sakit dan penuh kebingungan akan pola pikirnya. Walaupun aku tak akan pernah tau apa alasannya dia bersikap begitu, mungkin suatu saat aku akan mengerti atau bahkan mengetahui, aku akan selalu menghormatinya dan berharap dia akan bahagia disana.
Selamat jalan, papa ..
" PLAK !!! "
Tamparan keras kembali aku dapatkan. Inikah penyelesaian dari persoalan yang sedang kami hadapi ? Kenapa papa semudah itu melakukan tindakan fisik tanpa memperhatikan perasaan ku. Sosok orang tua macam apa papa ini, dasar egois !! hanya mau dituruti kemauannya saja, tanpa punya pengertian kepada anak nya, anak satu satunya dan lebih lebih lagi aku seorang wanita.
" Papa bunuh aja aku sekalian! Aku hidup bukan untuk dikasari kayak gini pa, aku juga butuh disayang, dimengerti .. Kalo papa terus terusan kayak gini mending aku enggak ada lagi kan pa! Jadi gak ada lagi orang yang papa anggap melawan papa !!! Biar papa puas !!! "
Papa terdiam, seketika raut wajahnya berubah menatapku. Sementara itu aku membalas pandangannya dengan berlinangan air mata, seolah menunjukkan betapa tak dihargainya aku. Lebih-lebih sampah. Malam ini kembali diakhiri rasa sakit luar biasa. Badan ku mulai panas, mungkin akibat tamparan keras yang terus kuterima hari ini.
24 Agustus 2012
Hari ini adalah hari ulang tahun ku, yang lebih tepatnya kurasakan sebagai hari ulang tahun terburuk dalam hidup ku. Tak ada yang spesial, dan memang sudah ku perkirakan beberapa waktu yang lalu. Aku berdiri didepan cermin, menatap bayangan yang terpantul diatasnya. Sosok gadis berpipi merah karena tamparan, bukan karena dandanan untuk sebuah acara perayaan. Aku sadar, semua memang telah berubah dan aku tak akan jauh berharap macam-macam.
HAPPY BIRTHDAY TO YOU .. HAPPY BIRTHDAY TO YOU .. HAPPY BIRTHDAY HAPPY BIRTHDAY .. air mataku mengalir, nafasku tersegal .. HAPPY BIRTHDAY BINTANG ..
Aku bernyanyi, merayakan untuk diriku sendiri. Tanpa kue, tiup lilin, dan orang terdekatku.
" Semoga kamu selalu tegar ya Bintang Claudya Ferrariz, kamu pasti bisa melewati semua ini " , hanya itu yang bisa kukatakan untuk menyemangati diri ini. Dan aku tersenyum untuk diriku sendiri.
Aku turun ke bawah, berfikir kemungkinan terburuk yang akan terjadi sambil menuruni anak tangga. Semakin dekat lantai bawah langkahku semakin berat, terlebih lagi kulihat papa duduk dikursi meja makan. Segelas teh ada didepannya. Dia melamun, bahkan seolah tak memperdulikan kehadiran ku, melihat ke arah taman belakang rumah, disana mawar mawar baru saja bermekaran. Suasana pagi hari yang indah, setidaknya sampai detik ini.
Ku tuangkan segelas air, dan menambahkan sedikit air dari termos untuk menciptakan rasa hangat serta berharap keadaanku membaik dari kemarin. Hari ini memang tak ada perkuliahan, tapi kenapa papa tak pergi ke kantor ? Atau mungkin, dua hari sebelumnya dia juga tak kerja ? Sehingga dia selalu ada dirumah sebelum aku pulang. Ini cukup membuat ku penasaran. Tak sengaja pandangan ku mengarah ke tempat sampah, beberapa bungkus obat ada disana. Masih lengkap dengan kertas resep dokter, sehingga ada kemungkinan penyebab papa tak kerja beberapa hari ini adalah karena dia sakit.
Aku tak berani bertanya, mungkin belum saatnya. Kejadian kemarin tak semudah itu dilupakan. Tapi hingga larut malam, sekitar pukul 22.00 papa tak mengucapkan sepatah kata pun padaku, hanya berada di kamarnya dan sekali kali keluar untuk mengambil minum. Lewat pukul 00.00, hari berganti, maka ucapan selamat ulang tahun tak ku dapat dari papa.
25 Agustus 2012
Teman terdekatku baru saja pulang, dan kusempatkan untuk menulis buku diary ini mungkin untuk terakhir kalinya. Ya, tak ada lagi yang perlu ku abadikan disini. Semuanya akan berbeda mulai hari ini, sangat-sangat akan berbeda. Apa yang terjadi beberapa hari ini memang menyakitkan dan telah menemui puncaknya.
Aku akan terus menjalani hari-hari ku seperti biasa, memendam perasaan baik itu senang maupun sedih. Hanya saja, tak akan pernah kulihat lagi sosok lelaki yang selama ini membuat ku sakit dan penuh kebingungan akan pola pikirnya. Walaupun aku tak akan pernah tau apa alasannya dia bersikap begitu, mungkin suatu saat aku akan mengerti atau bahkan mengetahui, aku akan selalu menghormatinya dan berharap dia akan bahagia disana.
Selamat jalan, papa ..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar